NEWS BREAKING NEWS
Live
wb_sunny

Breaking News

Harga Minyak Dunia Terus Naik Ancaman Perang Iran-Israel-AS Bisa Picu Lonjakan ke USD120

Harga Minyak Dunia Terus Naik Ancaman Perang Iran-Israel-AS Bisa Picu Lonjakan ke USD120



TRANSFORMASINUSA.COM | Harga minyak mentah dunia kembali menunjukkan tren penguatan seiring meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Konflik antara Iran dan Israel, yang kini berpotensi menyeret keterlibatan langsung Amerika Serikat, memicu kekhawatiran serius terhadap stabilitas pasokan energi global.


Pada Rabu (18/6/2025), minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kontrak terdekat tercatat naik 0,4 persen menjadi USD75,14 per barel. Sementara itu, minyak Brent ditutup menguat 0,3 persen ke level USD76,70 per barel. Meskipun sempat terkoreksi turun 2 persen pada sesi perdagangan sebelumnya, harga secara umum masih berada dalam jalur kenaikan menyusul lonjakan 4 persen sehari sebelumnya.


Ketegangan semakin memuncak usai Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, secara tegas menolak tuntutan Presiden Amerika Serikat Donald Trump agar Iran menyerah tanpa syarat. Pernyataan Khamenei dibalas dengan nada keras oleh Trump yang menyatakan bahwa “kesabaran sudah habis,” sembari menolak mengungkap strategi lanjutan Washington.


Saat ditanya apakah Amerika akan ikut serta dalam kampanye militer Israel terhadap Iran, Trump menjawab samar, “Mungkin saya akan melakukannya, mungkin tidak. Tidak ada yang tahu apa yang akan saya lakukan.” Ucapan ini memperkuat spekulasi bahwa keterlibatan langsung AS tinggal menunggu waktu.


Sumber diplomatik yang dekat dengan lingkaran internal Gedung Putih mengungkap bahwa satu skenario serius yang dipertimbangkan adalah partisipasi militer AS dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran


Analis energi dari Ritterbusch and Associates menilai bahwa pasar minyak global tengah berada dalam fase “menunggu dan melihat”, dengan ketidakpastian yang sangat tinggi. “Konflik ini dapat mendorong Brent ke USD83 per barel atau bahkan jatuh ke USD68 jika tensi menurun,” katanya.


Namun, potensi eskalasi yang lebih luas menimbulkan kekhawatiran nyata terhadap jalur pasokan strategis, terutama Selat Hormuz, yang menjadi penghubung vital sepertiga perdagangan minyak global. “Penutupan Selat Hormuz adalah mimpi buruk bagi pasar,” tulis analis dari ING dalam catatan risetnya.


“Jika aliran minyak terganggu secara signifikan, harga bisa melonjak ke USD120 per barel,” lanjut analis ING, menegaskan bahwa dampaknya akan sangat serius bagi perekonomian global yang masih rapuh.


Iran sendiri memproduksi sekitar 3,3 juta barel minyak per hari, menjadikannya salah satu pemain utama dalam organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC). Dalam pernyataan terbarunya, Duta Besar Iran untuk PBB menegaskan bahwa Teheran siap memberikan respons keras terhadap setiap bentuk keterlibatan langsung Amerika dalam konflik militer.


Sementara itu, Federal Reserve AS pada hari yang sama memutuskan untuk menahan suku bunga di level saat ini, namun memberikan sinyal akan menurunkan suku bunga secara bertahap di tahun-tahun mendatang. Keputusan ini diambil di tengah tekanan inflasi yang meningkat akibat kebijakan tarif baru dari pemerintahan Trump.


Kebijakan moneter yang longgar biasanya berimplikasi pada meningkatnya permintaan energi karena mempercepat pertumbuhan ekonomi. Ini turut mendukung proyeksi harga minyak yang akan tetap tinggi jika situasi geopolitik tidak mereda dalam waktu dekat.


Dengan latar belakang situasi geopolitik yang semakin memanas dan pasar global yang sensitif terhadap setiap pergerakan politik maupun militer, prediksi harga minyak dunia tampaknya akan terus berada dalam tren naik. Keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik Iran-Israel menjadi faktor kunci yang harus terus dipantau.




[ RED ] TNC GROUP

TRANSFORMASINUSA NEWS

TNC GROUP CHATT ME

Kritik dan Saran bisa melalui kolom dibawah ini,Terima Kasih

Posting Komentar