Dengan kamera dan mikrofon di tangan, ia menegaskan bahwa jurnalisme adalah panggilan hati, bukan sekadar profesi.
Ditulis oleh : wakil pimpinan redaksi Wandi ruswandi
Dunia jurnalistik membutuhkan pemimpin yang tidak hanya cakap mengelola redaksi, tetapi juga mampu menjadi teladan di lapangan. Hal ini tercermin pada sosok Bang Zen, seorang pimpinan redaksi yang tetap aktif turun langsung meliput berbagai agenda.
Dalam sebuah kegiatan resmi bersama maskapai penerbangan nasional, Bang Zen terlihat hadir dengan kamera di bahu dan mikrofon di tangan. Kehadirannya bukan sekadar simbol, melainkan bukti bahwa seorang pimpinan redaksi pun harus memahami dinamika lapangan agar berita yang disajikan akurat dan berimbang.
Sebagai pemimpin, Bang Zen menekankan bahwa jurnalisme bukan sekadar rutinitas menulis, tetapi tanggung jawab besar untuk menghadirkan kebenaran dan menjaga kepercayaan publik. Gaya kepemimpinannya mengajarkan bahwa integritas berita lahir dari proses panjang melihat fakta, mendengar suara masyarakat, hingga menyajikan informasi secara profesional.
Bang Zen adalah contoh nyata pemimpin redaksi yang tidak terjebak dalam rutinitas manajerial. Dengan sikap sederhana namun penuh dedikasi, ia tetap memilih untuk terjun langsung, menyatu dengan awak media lainnya.
Sikap ini menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati bukan hanya tentang memberi arahan, tetapi juga memberikan teladan. Dalam dirinya tergambar filosofi penting jurnalisme: hadir di tengah realita, berani menyuarakan kebenaran, dan konsisten menjaga integritas.
Bang Zen mengajarkan bahwa jurnalisme adalah panggilan hati, bukan sekadar profesi, melainkan amanah untuk menjaga kebenaran dan menyalurkan informasi yang dapat dipercaya oleh masyarakat. Dengan demikian, seorang pimpinan redaksi sejati adalah mereka yang tetap berpijak pada akar perjuangan jurnalistik: hadir, mendengar, dan menyampaikan fakta dengan keberanian.
Posting Komentar