Jalani, Nikmati, Syukuri dalam Khazanah Islam
Ditulis oleh Wandi Ruswandi
Dalam ajaran Islam, hidup adalah perjalanan yang penuh warna. Ada masa lapang, ada pula masa sempit. Seorang muslim diajarkan untuk tetap bersabar ketika diuji, dan bersyukur ketika diberi nikmat. Dua sikap inilah yang menjadi kunci kebahagiaan sejati.
Allah ï·» berfirman:
“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu kufur (ingkar), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih.”
(QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini menegaskan pentingnya rasa syukur dalam setiap keadaan, karena syukur bukan hanya sekadar ucapan, melainkan kesadaran hati dan tindakan nyata.
Rasulullah ï·º pun mengajarkan keseimbangan antara syukur dan sabar. Beliau bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar, maka itu baik baginya.”
(HR. Muslim No. 2999)
Hadis ini menegaskan bahwa seorang mukmin selalu berada dalam kebaikan. Saat senang, ia bersyukur. Saat susah, ia bersabar. Itulah harmoni hidup yang diajarkan Islam.
Dalam konteks dunia kerja, termasuk di bidang jurnalistik yang penuh tantangan, prinsip ini sangat relevan. Ketika menghadapi tekanan dan kesulitan, seorang jurnalis dituntut bersabar. Namun ketika berhasil menuntaskan tugas dengan baik, ia wajib bersyukur.
Akhirnya, “Jalani, Nikmati, Syukuri” bukan sekadar kalimat motivasi, tetapi cerminan nilai-nilai Islam. Dengan sabar dan syukur, seorang muslim mampu menjaga semangat, meneguhkan integritas, serta menemukan makna di balik setiap cerita kehidupan yang Allah takdirkan.
Posting Komentar